Kamis, 07 Agustus 2014

Etno Fotografi

Budaya Antri

Antri adalah kebudayaan. Kebudayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui perilaku sehari-hari generasi yang lebih tua. Jadi generasi berikutnya (anak-anak) hanya meniru. 
Mengantri juga bisa di artikan sebagai proses untuk menunggu giliran atau lebih spesifiknya antri diciptakan agar jalannya giliran bisa tertib dan nyaman. Sebaliknya juga bila antrian rusak, maka untuk mendapatkan jatah giliran menjadi tidak menentu. Bisa dikatakan contohnya jika orang yang memiliki berbadan besar atau suara keras  bisa  mendapatkan giliran yang pertama walaupun datangnya paling akhir. 
Budaya mengantri sangat diperlukan di kehidupan kita , supaya di sekitar kita menjadi tertib dan tidak menjadi ricuh. Juga bisa membuat diri kita sabar. Tetapi dalam hal yang semudah ternyata ada sisi negatifnya juga, seperti halnya manusia atau orang yang ingin cepat mendapatkan sesuatu dia tidaklah mengantri dan langsung menerobos masuk ke dalam antrian.
Untuk melatih budaya antri sejak dini dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua membiasakan anak untuk sabar menunggu giliran. Misalnya, untuk mandi di rumah tidak mungkin sekaligus karena terbatas kamar mandi. Disinilah kesempatan untuk mengarahkan anak supaya terbiasa antri. 
Ditaman kanak – kanak pun kita sudah dikenalkan akan budaya antrian oleh para guru. Contohnya saat akan memasuki ruangan kelas, biasanya guru memeriksa masing – masing pakaian seragamnya rapi atau tidak, kemudian kuku ikut dipriksa panjang atau tidak, juga mengantri mengambil makanan atau minuman saat jam istirahat. 
Budaya ngantri dibedakan menjadi dua yaitu budaya ngantri karena terpaksa dan budaya ngantri karena kesadaran sendiri. Contoh budaya ngantri karena terpaksa, contohnya pelayanan umum seperti rumah sakit dan bank memang sudah menggunakan tiket antri. Kalau sudah kebagian tiket antri mau tak mau harus menurutinya. Jika tidak mau antri tidak akan dilayani. Kemudian contoh budaya ngantri karena kesadaran sendiri, para karyawan ngantri membeli makan di warung nasi pada saat jam istirahat makan siangdan juga masyarakat/ karyawan yang ngantri untuk naik Transjakarta.
Untuk menanamkan kebiasaan antri memang tidak instan, perlunya sosialisasi dan pendidikan ditengah masyarakat tentang budaya antri. Karena itu budaya antri harus ditanamkan oleh seseorang pada saat masih kecil hingga dewasa. Perlu juga kita memahamkan masyarakat akan pentingnya mendahulukan kepentingan bersama daripada diri sendiri. Bila keadaan memaksa ternyata orang bisa juga ngantri, tetapi diluar keadaan itu masyarakat kita sudah diharapkan untuk bisa ngantri.  Banyak orang yang menganggap bahwa mengantri hanya membuat waktu berharga tersita tetapi mengantri juga mengajarkan untuk menjadi manusia yang bisa menghormati orang lain, berlatih bersabar, mengingat bahwa bukan hanya kita yang tinggal di Dunia ini. 

1. Antrian TransJakarta
NIKON D5200 
f/8
1/10sec.
ISO 250
Focal Length 55mm


2. Antrian Loket Monas 
NIKON D5200 
f/5.6
1/30sec.
ISO 500 
Focal Length 29mm


3. Antrian Loket TransJakarta 
NIKON D5200 
f/3.5
1/15sec.
ISO 3200 
Focal Length 18mm


4. Antrian Rumah Sakit
NIKON D5200 
f/5.6
1/15sec.
ISO 500 
Focal Length 18mm


5. Antrian Stasiun Kota 
NIKON D5200 
f/5.6
1/8sec.
ISO 200 
Focal Length 18mm


6. Antrian ChatTime
NIKON D5200 
f/5.6
1/10sec.
ISO 500 
Focal Length 18mm

Minggu, 12 Januari 2014

Foto Produk Komesial

1. Packshoot
NIKON D5200 
f/11
1/160sec.
ISO 100
Focal Length 55mm





2. Glass/ Kaca
CANON EOS 600D
f/22
1/200sec.
ISO 100
Focal Length 50mm





3. Elektronik
CANON EOS 550D
f/25
1/200sec.
ISO 100
Focal Length 70mm





4. Food Style
CANON EOS 1100D
f/22
1/160sec.
ISO 100
Focal Length 40mm





CANON EOS 600D
f/11
1/100sec.
ISO 400
Focal Length 70mm




NIKON D5200
f/5.6
1/8sec.
ISO 1000
Focal Length 30mm





NIKON D5200





Tugas : Product Komersial Photo.
Menggunakan Adobe Photoshop Cs3 untuk mengedit foto diatas.


- Deasy megawati putri

Kamis, 02 Januari 2014

Travell, Landscape, Architecture Photo.

NIKON D5200
f/11
1/250
ISO 200
Focal Length 18mm



NIKON D5200
f/5.6
1/25
ISO 200
Focal Length 18mm



NIKON D5200
f/5.6
1/13
ISO 200
Focal Length 26mm



NIKON D5200
f/5.6
1/20
ISO 200
Focal Length 18mm



NIKON D5200
f/5.6
1/13
ISO 200
Focal Length 26mm



NIKON D5200
f/5.6
1/25
ISO 200
Focal Length 18mm



NIKON D5200
f/5.6
1/13
ISO 200
Focal Length 55mm



NIKON D5200
f/5.6
1/40
ISO 200
Focal Length 18mm



NIKON D5200
f/5.6
1/15
ISO 200
Focal Length 55mm



NIKON D5200
f/5.6
1/15
ISO 200
Focal Length 24mm




Tugas : Travell, Landscape, Architecture Photo.
Tema : Arsitektur tempat ibadah (masjid).
Lokasi : Jl. Puri Cinere, Jawa Barat.
Menggunakan Adobe Photoshop Cs3 untuk mengedit foto diatas.


- Deasy megawati putri

Sabtu, 02 November 2013

Buku adalah jendela dunia.


Sketsa





Konsep dari karya saya tersebut adalah dimana seorang mahasiswa yang ingin sukses di masa depannya dengan mengutamakan buku pedomannya. Buku adalah jendela dunia, maksud dari konsep ini ialah dengan membaca banyak buku ia akan mewujudkan seluruh cita-citanya yang sudah direncakannya dari sekarang. Ia belajar menjadi mahasiswa fotografi, lalu ingin wisuda menjadi lulusan fotografi, ia ingin bekerja menjadi watawan terjun kedunia jurnalis untuk mencapai cita-citanya ingin mempunyai rumah dan mobil dari hasil kerja keras sendiri, lalu pergi ke Negara Beijing.

Membaca adalah salah satu modal kita untuk mencintai ilmu, kunci agar kita selalu mau belajar, jangan pernah menganggap diri kita pintar, anggaplah diri kita selalu kurang, sehingga kita akan selalu haus akan ilmu pengetahuan. Ingatlah, bahwa setiap hari ilmu di dunia akan selalu bertambah dan mengikuti perkembangannya jaman.

Selain menjadi jendela dunia, buku juga menjadi tempat untuk mengabadikan ilmu. Dengan menuliskannya di atas buku, ilmu yang dimiliki akan tetap abadi walau sudah tidak ada didunia ini. Buku juga merupakan sumber harta yang tak ternilai harganya. Uang bisa habis, harta milik bisa lenyap, tapi pengetahuan tidak bisa dicuri.

Jadi, kesimpulan dari karya saya buku adalah jendela dunia yang memiliki arti bahwa kita harus banyak belajar dari buku karena ilmu semakin banyak mengikuti perkembangan jaman dan jangan pernah merasa lelah untuk belajar atau pun merasa bahwa kita sudah pintar. Dimulai dari sekarang kita sudah harus merencakan masa depan kita dengan menggunakan buku sebanyak-banyaknya. ­


-Deasy megawati putri-



Senin, 28 Oktober 2013

Foto Jurnalisme

Foto Story 

Tokoh
Kehidupan seorang yang memiliki profesi sebagai tukang semir/ sol sepatu.


Seorang bapak yang memiliki kekurangan fisik, yang setiap harinya ia habiskan waktunya bekerja sbg tukang sol/semir sepatu di terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sudah sekitar 16  tahun ia memiliki profesi itu dan setia kepada profesinya hingga saat ini yang bisa memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya sehari-hari. Kegiatan menyemir/mengesolkan sepatu supir-supir bus diterminal sudah menjadi hal yang biasa untuk ia, terkadang ia keliling untuk menawarkan jasanya kepada supir-supir bus, karena kalau ia tidak keliling jarang orang yang mau memakai jasanya tersebut. Hari itu, Minggu (13/10), ia melakukan kegiatannya sehari-hari seperti  mengesolkan sepatu yang sudah rusak dan ada juga permintaan dari supir bus agar ia menyemir sepatu yang tadinya berwarna coklat menjadi warna hitam. Pukul 5 sore seperti biasanya ia pulang kerumahnya di Gg. Nangka, Sawangan, Depok, Jawa barat, setibanya ia dirumah sekitar pukul jam 8 malam. Kegiatan ia dirumah cuci piring bekas anak-anaknya makan, membersihkan rumah, membereskan pakaian yang sudah dicuci, seperti inilah yang ia lakukan sehari-hari tanpa seorang istri karna istrinya bekerja sebagai pembantu dan hanya pulang seminggu sekali. Hidupnya sungguh sederhana dengan keadaan fisiknya yang kurang, ia bangga merasa menjadi orangtua satu-satunya untuk ke 3 anaknya tersebut, ia tidak mau dikasihani oleh sebab itu ia bekerja keras dengan profesi apapun itu.


1. Potrait
NIKON D5200
f/4.5
1/8sec.
ISO 3200
Focal Length 22mm



2. Kegiatan menyemir sepatu yang berwarna coklat jadi hitam
NIKON D5200
f/5
1/160sec.
ISO 100
Focal Length 35mm





3. Jerih payah mencari nafkah
NIKON D5200
f/4
1/50sec.
ISO 200
Focal Length 24mm





4. Peralatan perangnya
NIKON D5200
f/4
1/50sec.
ISO 100
Focal Length 24mm





5. Kegiatan mengesol sepatu
NIKON D5200
f/5
1/100sec.
ISO 200
Focal Length 34mm





6. Mencuci piring sesampainya dirumah
NIKON D5200
f/4.4
1/3sec.
ISO 2500
Focal Length 30mm





7. Membersihkan rumah
NIKON D5200
f/3.5
1/6sec.
ISO 3200
Focal Length 18mm





8. Melipat pakaiannya dan anak-anaknya
NIKON D5200
f/4.5
1/10sec.
ISO 3200
Focal Length 18mm





Tokoh                : Bapak Rahmat
Profesi               : Tukang semir dan sol sepatu
Tempat bekerja : Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan
Rumah               : Jl. Sawangan Gg, Nangka rt/rw 02/03

-Deasy Megawati Putri-

Minggu, 27 Oktober 2013

Foto Jurnalistik


Foto Jurnalistik Spot News
Foto yang memiliki unsur berita yang tidak terduga atau belum direncanakan. 
Minggu, 14 April 2013
 Monumen Nasional
Jakarta Pusat
NIKON D3000 
f/10
1/40sec.
IS0-320
Focal Length 55mm





Foto Jurnalistik Hukum
Foto yang memiliki unsur berita mengenai hukum tentang Pasal.
Minggu, 28 April 2013
Bundaran HI
Jakarta Pusat
NIKON D3000 
f/11
1/100sec.
IS0-100
Focal Length 26mm





Foto Jurnalistik Feature.
Foto yang memiliki unsur dan bisa dijadikan berita. 
Selasa, 21 Mei 2013 
Pasar Lenteng Agung
Jakarta Selatan
NIKON D3000 
f/4.2
1/14sec.
IS0-300
Focal Length 26mm


Sabtu, 24 Agustus 2013

Belajar foto model

Belajar foto model, susah susah gampang

yang pertama
Canon EOS 650D
f/5
1/125sec.
ISO-100
Focal Length 39mm


Canon EOS 650D
f/5.6
1/200sec.
ISO-100
Focal Length 34mm



Model       : Gita
Tema foto : Koran
Lokasi      : Studio foto Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta
Menggunakan adobe Photoshop untuk mengedit foto diatas:))))
-Deasy megawati putri